(Foto: Liputan6.com)
Libya, Tunisia, Yaman, dan Suriah adalah contoh dari bagaimana negara yang hancur luluh lantak akibat gerakan propaganda radikalis yang mengatasnamakan Revolusi, beribu janji manis tentang perdamaian, kesejahteraan yang ternyata kejadiannya adalah kebalikannya, perang, hancur dan menyesal.
Gerakan yang dimotori oleh radikalis tersebut, membuai masyarakat awam tentang keindahan demokrasi, keadilan, kesejahteraan dan lain sebagainya, sampai media barat menamakan gerakan mereka sebagai Arab Spring, musim Semi Arab yang indah, bunga-bunga bermekaran, karena saking indah retorika gerakan mereka.
Namun apa yang terjadi? Kenyataannya adalah Islamisasi bernama Khilafah Islamiyah, maka Berdirilah khilafah di Suriah, Irak, dan Libya. Bahkan Ikhwanul Muslimin saat itu memenangkan pemilu di Mesir dan Tunisia. Dan negara-negara tersebut luluh lantak akibat kekacauan dan hancur.
Keberhasilan kelompok radikal disana, kemudian menjadi semangat jejarin radikalis mereka di Eropa, Afrika, Asia, Australia, bahkan sampai ke Indonesia, tak percaya? Mari kita lihat persamaan apa yang mereka lakukan dan yang di Indonesia lakukan.
Pertama soal politisasi agama, ini yang terjadi juga di Indonesia, dimana gerakan mereka adalah selalu mengatasnamakan Umat dan Tuhan, gerakan mereka seoalah membela tuhan dan umat Islam, dan menjadikan simbol-simbol Islam sebagai basis gerakan mereka. Misal, di Damaskus, mereka menggunakan Masjid Jami' Umawi sebagai markas demosntran, di Indonesia? Istiqlal? Masih ingat, “Titik kumpul di Masjid Istqlal” ? atas demo yang mereka lakukan di Jakarta? Masih ingat bagaimana Khutbah Jum`at di Masjid-masjid mereka gunakan untuk propaganda kebencian pada pemerintah? Masih ingat sholat jumat di Monas oleh mereka, yang kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi mengutuk pemerintah? Jika Yusuf Al Qardlawi pimpinan Ikhwanul Muslimin pernah menyerukan “Jumat Al Ghadab” Jumat kemaraha, apa bedanya dengan di Indonesia?
Kemudian yang kedua adalah melakukan pembunuhan karakter pada Ulama, Ulama yang memang Ulama, Masih ingat soal bagaimana Syeikh Sa'id Ramadhan al-Buthi, ulama besar yang karyanya bertebaran di perpustakaan kampus Islam dunia, yang bahkan fatwa-fatwanya menjadi rujukan Ulama dunia, yang karena berbeda pandangan politiknya, harus wafat terbunuh karena di Bom di masjid al-Iman Damaskus saat pengajian Tafsirnya berlangsung, beliau dan 45 orang lainnya harus terbunuh. Al-Buthi dianggap penjilat Istana oleh mereka, dianggap Syiah, padahal Al-Buthi adalah ulama Aswaja, ceramah dan karyanya getol menyuarakan Aswaja, hanya karena pandangan kebangsaannya, beliau harus terbunuh. Bagaimana di Indonesia? Kurang lebih sama, Ulama beneran dibunuh karakternya, Prof. Quraish Shyihab mereka tuduh Syiah, Romo Yai Musthofa Bisri dituduh liberal, begitu juga Romo Yai Said Agil Siradj, dituduh Syiah dan liberal, yang bersebrangan pandangan politiknya dihabisi, difitnahm ingat kasus TGB Zainul Madji? Yang awalnya mereka puja, namun karena pandangan politiknya berubah, maka mereka fitnah sedemikian rupa, sama kan? Yang kemudian mereka lanjutkan dengan beternak Ustadz-ustadz abal-abal yang lebih Entertaining, padahal Toh ya mereka Ndak memiliki keilmuan yang benar terhadap agama, baca ayat salah, menyebut surat dalam Al-Quran saja lebih, mereka yang kemudian di orbitkan.
Ketiga adalah melakukan propaganda seruan ketidak percayaan pada pemimpin pemerintah, sama saja, presiden Suriah Basyar al-Assad dituduh Syiah, dituduh kafir dan membantai kaum sunni, di sini? Jokowi dituduh anak PKI, dituduh Kristen keluarganya, sama bukan? Ketidak percayaan pada sistem dan pelaksana negara juga begitu, mereka menawarkan “teko ajaib” bernama Khilafah Islamiyah sebagai solusi dari sistem demokrasi, apapun permasalahannya di Indonesia, solusinya adalah Khilafah Islamiyah, melemahkan sistem dan pelaksana negara di Indonesia, misal, ancaman pembunuhan pada empat tokoh bangsa kemarin ketika kerusuhan Mei, dan menjadi kenyataan bahwa kemarin Menko Polhukan ditusuk oleh radikalis adalah bukti nyata bahwa ada pola yang sama antara syuriah dan Indonesia. Di Syuriah ada yang selalu diteriakkan adalah al-sha'b yurid isqat al-nizam (rakyat menghendaki rezim turun) dan irhal ya Basyar (turunlah Presiden Basyar), di Indonesia ya sama, apapun demonya, intinya tetap turunkan Presiden Jokowi, gagalkan pelantikannya, ya kan?
Polanya sangat mirip, jika tidak boleh dikatakan sama, Syuriah saat ini luluh lantak karena membiarkan dan terlena pada gerakan radikalis tersebut, mereka menyesal? Sangat menyesal tentunya, jangan sampai di Indonesia terjadi seperti di Syuriah, jangan sampai, mari bersama lawan propaganda mereka,
Sing Waras Ojo Ngalah.
Credit Article : Afifuads.com